top of page
Search
Writer's pictureAndina Syafrina

Shadow: Reverse Projection

Tepat menginjak umur 30 tahun. Sebuah pikiran yang menjadi bahan kontemplasi saya bahwa setiap orang tidak sama dan setiap orang pasti berubah. Perjalanan selama beberapa bulan ini seperti trial dalam sebuah film yang akan rilis. Banyak pelajaran hidup yang membuat saya lebih aware, termasuk juga memilih inner circle terkecil saya, saya belajar banyak tentang tabayun dan tidak bersikap terburu-buru dalam mengambil keputusan. Jujur, ketika menulis ini saya sangat sedih, ada satu keputusan yang membuat saya merasa itu bukanlah diri saya, saya merasa sudah mendzalimi orang lain, saya terlalu banyak mendengar kata-kata orang sampai tidak ada waktu untuk mencernanya, begitu bising, dan lelah. Pemikiran ini tidak saya sampaikan karena saya menilai orang lain. Saya juga melihat kedalam diri saya.


Setiap orang tidak sama:

Tentu saja, menurut saya perbedaan itulah yang membuat kita menjadi manusia. Manusia yang mencintai satu sama lain, bahkan menyakiti satu sama lainnya, kadang rumit untuk dipikirkan. Sederhananya, bagaimana sikap saya menghadapi perbedaan itu: ingin mendengarkan atau tidak, ingin mengiyakan atau tidak, ingin melakukan atau tidak. Kecewa? iya, tapi saya berpikir lagi, namanya juga manusia, bahkan Allah saja sudah mengingatkan untuk tidak berharap lebih dengan manusia. Saya berkaca bagaimana saya juga sudah banyak membuat Allah ataupun orang lain, bahkan orang-orang di inner circle terkecil saya kecewa. Memaafkan, ya tentu saja harus memafkan. Kecewa tidak lantas membuat hubungan silahturahmi menjadi terputus begitu saja. Kecewa ini saya ubah menjadi energi positif untuk melihat orang lain dari berbagai perspektif dan bagaimana saya memperlakukan orang lain. Setiap sikap yang saya ambil tentu saja dengan proses yang panjang, bagaimana saya melewatkan tahun-tahun terberat sebelum ini. *Terbaca sedikit egois ya?. Seringkali muncul pernyataan "yang penting tidak menyakiti orang lain", lantas bagaimana kita tahu bahwa sikap kita tidak menyakiti orang lain? jawaban saya adalah dengan membatasi aktivitas bersama orang-orang di luar inner circle terkecil saya, mengurangi small talk yang khawatir mengarah pada pembicaraan tak terkontrol yang malah akan menyakiti pihak lain. Saya lebih memilih diam dan bicara seperlunya, dan mencoba memposisikan diri saya seperti orang lain. Kita tidak bisa menentukan akan bertemu dengan orang yang seperti apa di dalam hidup kita. Baik itu di dalam perkuliahan, bekerja maupun pertemanan. Tetaplah berempati.


Setiap orang pasti berubah:

Tentu saja setiap orang berubah, baik ke arah yang lebih baik ataupun ke arah yang lebih buruk. Termasuk diri saya sendiri. Apakah saya berubah? Ya, saya berubah. Perubahan itu bukanlah tanpa proses. Ketika sakit saya hanya minta dikuatkan dan dilapangkan disetiap langkah maupun hati saya oleh Allah. Proses yang menjadikan diri saya berubah menjadi pribadi yang lebih kuat adalah perjalan panjang dalam hidup dan mungkin akan terus berlanjut hingga tiba waktu saya meninggalkan dunia.


Dua hal tersebut membawa saya pada perenungan penting untuk stop expect too much to people if you don't want to fall and get sick. "You will not find peace if you’re always expecting other people to give it to you with their actions or words. The only way to find it is to drop your expectations of others, let go of what you think they should or shouldn’t do, and allow yourself to create your own happiness.

Tapi disatu sisi tetap hidupi ekpektasi kepada diri kita sendiri dan rajut ekspektasi itu kepada Allah, karena ekspetasi adalah harapan-harapan dan keyakinan yang membuat kita tetap hidup sebagai manusia. Jangan sampai ekspektasi itu redup hanya karena orang lain. Cukup hal tersebut menjadi proses pendewasaan di diri, berjalan dengan baik di koridor diri, improve diri, dengarkan kritik dan saran membangun.

Terakhir. Saya berubah dan orang-orang juga pasti berubah, dan mereka juga melalui proses untuk berubah. Entah menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk. Tidak selamanya sebuah sosok bisa presisi di waktu dan tempat yang sama. Maka selagi ada waktu berbuatlah sebaik-baiknya, berusalah semaksimalnya, tinggalkan kenangan baik pada setiap momen yang dilalui agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Apa yang terbaik adalah meletakkan segalanya pada kadar yang tepat dan berserah kepada Tuhan. Tetap kuat dan menjadi baik ya :).!








14 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page