'Niat itu seperti alamat, jika salah tulis alamat akan salah tempat atau tujuan tidak tepat" -Anonim-
Kalimat diatas adalah kalimat yang sering saya dengar dari banyak orang dan juga artikel di internet dan apa yang dikatakan sungguh mengena di diri saya.
Agutus 2017 - Desember 2018, tiga semester telah dilalui di bangku pascasarjana. Saat ini sudah masuk di semester keempat. Sudah lebih dari setengah perjalanan untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
Sebelum masuk kuliah S2 banyak orang mengatakan kepada saya bahwa kuliah S2 tidaklah berat, dan saya percaya pada awalnya. Namun, setelah menjalani, saya merasakan sebaliknya.
"Mengapa kuliah S2 ini tidak mudah? Mengapa tidak seperti yang dikabarkan orang-orang?". Jika dari versi saya ada beberapa kemungkinan mengapa kuliah S2 yang menurut saya berat tak jauh berbeda dari S1, yaitu:
Adaptasi model belajar. Di S2 akan lebih banyak dituntut untuk belajar secara mandiri, lebih banyak berpikir, berlogika dan tentunya setiap pendapat atau apapun yang ditulis haruslah mempunyai dasar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Adaptasi lingkungan baru. Ya, tentu saja teman baru, tempat tinggal baru, dosen baru dan bahkan suasana belajar yang baru.
Meningkatnya level secara akademik dan formal (S1 ke S2). Saya menyadari bahwa semakin tinggi sebuah tingkatan maka tantangan juga akan semakin besar. Layaknya bermain game semakin tinggi level maka tingkat kesulitan pun akan bertambah.
Berat, letih, stres tentu saja dilalui dalam masa satu setengah tahun ini. Banyak pelajaran berharga yang juga didapat. Saya bukanlah siapa-siapa karena ilmu itu masih begitu luas dan yang saya dapatkan selama ini mungkin hanya sebesar butiran jasjus. Disamping itu saya menyadari bahwa saya sangat kurang membaca. "Kemana aja kamu Ndin ?." Tapi apakah saya menyerah?. Tentu saja Tidak.!. Dengan segala kondisi saya saat ini, saya sadar untuk mencapai puncak gunung maka saya harus berusaha dan bersabar melewati setiap tanjakan. Sambil berbekal keyakinan kepada Allah SWT, doa, serta support dari orang lain. Di separuh perjalanan ini saya mulai membiasakan diri atau lebih tepatnya memaksakan diri saya untuk banyak membaca, menulis, berpikir, dan berlatih memandang sesuatu secara objektif.
Teringat perkataan salah satu dosen dahulu, beliau mengatakan bahwa kamu harus berlatih untuk bisa menggambar dengan baik. Kata BERLATIH adalah kata yang selalu saya sematkan ketika saya dalam proses belajar. Belajar apapun dalam hidup!. Berlatih membaca, berlatih menulis, berlatih mendengar, berlatih memahami, berlatih melihat sesuatu secara objektif dan dari berbagai sudut pandang, berlatih meng-kritisi dan di-kritisi.
Sebelum mengakhiri tulisan ini. Saya mau membagi beberapa tips ketika sedang belajar atau melanjutkan sekolah (berdasarkan pengalaman yang telah saya lalui) :
Kenali medan dan atur strategi, karena sejatinya belajar juga sama dengan berjihad.
Bangun komunikasi yang baik dengan orang lain selama di perantauan, seperti teman-dosen. Karena selama studi kita pasti merasakan yang namanya stres dan kegalauan lainnya. Mereka akan banyak membantu untuk mengatasi kegalauan tersebut. Karena komunikasi bagi saya adalah kunci.! (Saya pernah merasakan kondisi ketika sulit untuk "berkomunikasi").
Jika kalian terbiasa menulis di buku diari dan blog pribadi atau mungkin punya hobi yang bisa dijalankan di sela-sela kuliah, seperti sketsa, ikut kegiatan komunitas, menari, menyanyi, main musik. Semua itu juga sangat membantu dalam menjaga kestabilan mood selama studi.
Jaga komunikasi dengan orang-orang terdekat, seperti sahabat, keluarga, orang tua, suami/istri. Karena sekuat-kuatnya kita, tetap butuh support dari orang-orang yang menyayangi kita.
Berpikir positif. Jauhkan diri dari pikiran negatif dan cobalah untuk tidak peduli dengan hal negatif atau gosip yang orang katakan yang justru melemahkanmu. Tetap fokus pada tujuan.
Berani mengemukakan pendapat dan bertanya. Jangan takut dan jangan malu untuk bertanya, menggali ilmu yang banyak ataupun melakukan hal benar. Sayang sudah jauh-jauh kuliah, belum lagi biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, tapi kita tidak dapat apapun.
Bersabar dan berdoa. Ini tips paling ampuh yang menguatkan saya selama menjalani studi. Karena ketika lelah dan butuh tempat curhat yang paling terpercaya, siapa lagi kalau bukan Allah SWT.
Jangan lupa untuk tetap hidup sehat. Makan-makanan yang sehat, olahraga yang cukup, dan sesekali kita juga perlu jalan-jalan.
Separuh perjalanan ini membawa saya pada refleksi diri saya sendiri untuk belajar dari hikmah yang didapat. Untuk tidak mudah menyerah terhadap apapun karena tidak perlu takut jika bukan hal buruk yang dilakukan. Jika suatu saat melakukan kesalahan jadikanlah pelajaran. Belajar memaafkan orang yang menyakiti. Serta meluruskan kembali niat untuk apa dan untuk siapa ilmu tersebut. Saya sebagai manusia adalah pengembara di dunia, hanya sesaat dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan saya ingin bermanfaat melalui ilmu yang telah saya dapatkan.
Saya percaya bahwa hati yang lapang menjalankan sesuatu dan terasa sangat nikmat adalah bermula dari niat. Niat akan selaras dengan hasil. Tentu saja hasil yang bukan hanya diukur dari materi dan dari bentuk fisik. Kadang pernahkah pula merasa hati begitu menjadi tumpul untuk merasakan sesuatu. Hati-hati ada 'ego' yang berlebihan mulai menggerogoti hati. Hati itu fluktuatif, kadang waktu bisa naik kayak nilai tukar dolar dan rupiah dan kadang waktu bisa turun banget.
Jangan lupa untuk tetap me-rendah tanpa menjadi rendah-an dan me-rendah-kan.
Ada kisah lain dalam hidup, ketika jalan tak sesuai cita, saat harus memutar balik ketika hampir sampai ditujuan. Ketika berkali-kali merasakan raga harus duduk sejenak dari berlari. Ketika harus beradaptasi dengan lingkungan baru.
Dan pada akhirnya sempat merasa bahwa saya harus menyerah.
Namun, beberapa waktu merenung, mengapa menyerah jika ternyata banyak nikmat di balik semua yg dialami.
Bahkan setiap sehelai daun yang terjatuh, telah tercatat sebagai takdir-Nya dan ada dalam kuasa-Nya. Maka nikmatilah setiap proses. #biasaaja :)
Allah masih sayang dengan teguran Nya. "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman,' sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (29 : 2-3). -And when your plan, leave you on the jet plane, lets says "see you" :). -
Bismillahirrahmanirrahim.
Halo, The_Rhythm. Thank you for visited this blog. Good luck for you too. Face it bravely. :)
Thank you for writing this, kak. I need this even before I start to get down into my own war haha. Barakallah, good luck on everything you do, kak. :)