top of page
Search
Writer's pictureAndina Syafrina

Pendekatan Rhythmanalysis dalam Memahami Fenomena Ruang Perkotaan (1)

Oleh: Victor Vembrianto, Lukman Hendra, Andina Syafrina

Rhythmanalysis merupakan pemikiran Henri Lefebvre yang berkontribusi dalam memahami fenomena yang terjadi di ruang perkotaan. Tulisan ini disarikan dengan menelusuri karya Henri Lefebvre: Rhythmanalysis, Space, Time and Everyday Life maupun tulisan yang ditulis oleh orang lain yang berhubungan dengan Rhythmanalysis. Substansi dari Rhythmanalysis, yaitu merupakan metode untuk menganalisis ritme ruang-ruang perkotaan dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode ini menggunakan tubuh peneliti sebagai media analisis yang mana kemampuan personal dan kepekaan dalam memahami ritme sangat menentukan keberhasilan metode ini. Metode ini lebih mengarah ke fenomenologis dengan melihat jaringan realitas yang kompleks serta sebagai ‘ruang negosiasi’ yang mengalir dimana identitas dan penanganan yang diberikan belum fix dan tidak deterministik. Analisis ini lebih bersifat eksperimental dan merupakan upaya meningkatkan kualitas ritme lingkungan yang ada.

Rhythmanalysis: Space, Time and Everyday Life

Ritme merupakan konsep yangdigunakan dalam bidang ilmu musik. Dalam musik ada keterkaitan antara satu dengan lainnya (harmoni, melodi dan ritme) yang memunculkan dialektika (dialog) sehingga memungkinkan kita memahami mana yang dominan dan mana yang tidak. Dalam komposisi musik ada sesuatu yang dominan, hal tersebut terjadi pula di kehidupan, di perkotaan. Lefebvre mengembangkan ritme kepada hal-hal yang bersifat praktis yang tidak dapat dipisahkan dari pemahaman ruang, waktu dan energi khususnya pengulangan yang terjadi pada kehidupan kita. Konsep tentang waktu (hidup atau ketika bermimpi) tetap abstrak jika seseorang meninggalkan ritme/iramanya. Waktu, ruang dan energi diperlukan untuk menggambarkan dan menganalisis realitas yang terjadi di alam semesta. Ketiga hal ini harus selalu ada karena waktu dan ruang tanpa energi akan menjadi lembam, tidak ada gairah dan tanpa dialog (Lefebvre, 2004).


Gambar 1. Ilustrasi Rhythmanalisis dalam musik


Pada gambar 1, durasi yang berhenti menjadi momen, kumpulan beberapa momen dan durasi menjadi ritme. Durasi yang tidak berhenti akan tetap menjadi durasi dan tidak akan menjadi ritme karena tidak ada momen didalamnya. Adanya beberapa ritme dapat membuat musik menjadi harmoni. Tidak ada ritme (irama) tanpa pengulangan dalam waktu dan ruang. Tetapi tidak ada pengulangan mutlak yang identik dan tanpa batas. Di keseharian kita, upacara, aturan dan hukum, selalu ada sesuatu yang baru dan tidak terduga dalam perbedaanyang berulang. Termasuk pula yang terjadi di era modern saat ini, irama di perkotaan tetap ada namun tanpa identitas dan tanpa makna yang dalam. Perkembangan teknologi dan kecepatan produksi saat ini menyebabkan aktivitasyang muncul di ruang-ruang perkotaan hanya sebatas pengulangan tanpa identitas(Lefebvre, 2004).


Gambar 2. Ilustrasi Rhythmanalisis dalam Kegiatan Sehari-hari. Beberapa contoh ritme yang terjadi berulang-ulang dalam bulan, musim, desa, muda-tua, dan lain-lain.

Sumber: Hall, 2009


Dalam keseharian kita dapat melihat fenomena yang terjadi sehari-hari dan berulang-ulang, seperti siang, malam, perubahan bulan, perubahan musim, dan lain-lain. Analisis ritme dalam hal ini digunakan untuk melihat fenomena yang terjadi dalam kehidupan keseharian tersebut. Horton (2005) mengatakan, Lefebvre ingin menggambarkan bahwa ruang, waktu dan energi selalu bertautan dan ritme adalah istilah yang menurut Lefebvre paling tepat untuk menggambarkan ide tersebut. Analisis ritme melibatkan tubuh sebagai alat untuk mendeteksi ritme sekaligus bagian dari ritme itu sendiri. Hal ini menjadikan teori ini tidak sepenuhnya fenomenologis, tetapi harus mengambil jarak untuk mengamati fenomena yang sedang terjadi. Lefebvre menganalogikan fungsi balkon tempat dia mengamati, dia terpisah dari bagian jalan yang dia amati namun masih bisa merasakan, mendengar dan melihat bagian itu (Lefebvre, 2004).


Analisis ritme dan proyek yang melibatkan analisis ritme selalu menggunakan tubuh sebagai media, bukan tubuh yang anatomis/fungsional, tetapi tubuh sebagai polyrhythmic dan eurythmic(yang dianggap sebagai kondisi normal) (Lefebvre, 2004). Teori ini dikembangkan berdasar pengalaman dan pengetahuan dari tubuh manusia. Polyrythmia adalah komposisi dari beberapa ritme yang berbeda. Eurythmia adalah kondisi tubuh normal dan sehat, kondisi yang sewajarnya. Arrythmia adalah ritme yang ada terkoyak, dirubah, dan memotong sinkronisasi. Jadi semestinya intervensi terhadap ritme dilakukan dengan sinkronisasi, melalui ritme, tanpa kekerasan yang brutal. Empat elemen ini dipercaya sebagai konsep dasar dari ritme yang diperkenalkan Lefebvre.


Lefebvre (dalam Wunderlich, n.d) mengungkapkan ada beberapa kategori ritme, namun Lefebvre hanya berfokus pada cyclical rhythm dan linear rhythm, kategori ritme-ritme tersebut diantaranya:


1. Cyclical rhythms (the cyclical)

Sebuah proses, perpindahan, dan rotasi termasuk dalam rhythms cyclical. Kategori ini juga dibagi lagi menjadi dua, yaitu organisasi sosial yang besar dan kecil, seperti kelahiran dan kematian. Serta pengulangan dengan interval yang singkat, seperti siang malam, musim dan tahun, jam atau bulan, dan seterusnya.


2. Linear rhythms (the linear)

Ritme linier adalah rangkaian aksi dan gerakan yang monoton.


3. Secret, public and fictional rhythms

Secret rhythm adalah ritme fisik dan psikologi, ingatan. Ritme publik adalah ritme-ritme sosial, seperti kalender, upacara dan perayaan, atau jenis irama lain yang dinyatakan dan diekspresikan, yaitu pencernaan, keletihan, dan lain-lain. Ritme fiksi adalah ritme verbal atau ritme ekspresif lainnya, seperti melalui keanggunan, gerak tubuh dan proses belajar.


4. Codes and Rituals

Kode adalah seperangkat isyarat dan kebiasaan-kebiasaan. Mereka adalah ritme waktu dan relasi. Ritus adalah ritme sosial dan kolektif. Mereka adalah bentuk aliansi yang diberikan kelompok manusia. Ritus mengambil bentuk ritus keagamaan, ritus yang luas, secara bersamaan sakral dan profan, yaitu festival, karnaval, dan sebagainya, atau ritus-ritus persahabatan yang akrab, ritual politik, yaitu upacara, peringatan, suara, dan sebagainya.


5. Rhythms ‘of the self’ and ‘of the other’

Ritme 'of the self' lebih dekat dengan ritme ritual. Mereka adalah ritme yang tenang, dan bentuk-bentuk intim, kesadaran. Mereka memiliki kehadiran namun mereka tidak mewakili, menentang kehadiran diri ke perwakilan. Mereka mengatur waktu untuk kehidupan pribadi. Ritme ‘of the other’ adalah aktivitas yang berubah ke luar, irama representasi, diformalkan dan bersesuaian dengan ekspresi frontal.


Analisis ritme lebih berfungsi sebagai metode untuk mendeteksi dan mencegah, bukan sebuah metode untuk menjelaskan, menyatakan, dan mengkategorikan sebuah kondisi yang sakit/buruk. Jadi metode ini bersifat eksperimental, dan melalui intervensi berupa ritme lain terhadap ritme yang sudah ada. Intervensi ini bertujuan menguatkan atau mengembangkan ulang eurythmia (Lefebvre, 2004). Ada empat pendekatan yang bisa diusulkan dalam metode Rhythmanalisis(Koch &Sand, 2009). Keempat pendekatan ini tidak berjalan satu-persatu atau terpisah, tetapi saling terjalin. Intervensi artistik menjadi sebuah keharusan dalam metode ini. Adapun empat pendekatan tersebut, yaitu:

1. Menangkap ritme yang terjadi di lapangan

2. Mencoba menjadi bagian dari ritme tetapi tetap mengambil jarak untuk mengamati

3. Memproduksi dan mengkombinasi ritme

4. Merubah atau memotong ritme


Lefebvre juga berbicara tentang pentingnya memasukkan ritme sejarah yang hilang yaitu menghadirkan kembali ingatan terhadap sejarah-sejarah yang hilang atau dilupakan. Hal ini berlaku pula pada ruang-ruang di perkotaan, yang mana kita harus mengisi kembali ruang-ruang kosong, terabaikan, terlupakan (space in-between) diperkotaan karena ruang-ruang ini (seperti tempat transit) dapat menerima komoditas apapun dibandingkan ruang-ruang publik seperti taman, alun-alun, dan jalan raya yang menjadi alat kekuasaan kapitalisme. Ruang-ruang terabaikan ini menjadi pilihan bagi banyak orang-orang golongan bawah untuk merenungkan diri sendiri, bebas menyampaikan pendapat di tengah kapitalisme (Lefebvre, 2004).


34 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page